Ditulis pada 14 April 2019, menjelang Pemilihan Umum.

Aku ingin berceloteh sebentar saja pada kalian. Sebentar saja. Mungkin akan lama jika kalian membaca tulisanku ini dengan sangat santai.

        Di status ini aku ingin mengutarakan pendapatku tentang calon pemimpin yang akan memimpin tanah air kita ini, Indonesia. Bukan berarti aku tahu banyak tentang ilmu politik yang masih sangat jauh untuk benar-benar kupahami. Tapi, ini tentang toleransi sebagai warga negara yang memiliki sikap yang baik.

        Setiap orang punya pilihannya masing-masing untuk menentukan calon pemimpin negeri ini, sama dengan ummi, abi, dan kakak-kakakku yang sudah mecapai umur 17 tahun ke atas. Aku hanya bisa mendukung pilihan mereka dengan sangat baik.

        Ini tentang toleransi. Toleransi menyambung pada perbedaan pendapat pada setiap orang. Sudah kubilang tadi, setiap orang punya pilihannya masing-masing. Terserah itu mau nomor 01 atau nomor 02 sekali pun. Yang jelas, orang yang memilih sudah mengetahui dan memprediksi bagaimana cara memimpin presiden pilihan masing-masing.

        Perbedaan pendapat pada setiap orang sering kali kutemukan dalam sosial media. Baik itu di Facebook, Instagram, Twitter, dan lain sebagainya. Ini tentang cara bagaimana kita menyikapi orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita. Apa dengan meremehkan pemimpin pilihan orang tersebut akan menyelesaikan masalah? Tidak, itu malah akan memperburuk keadaan.

        Lantas, bagaimana? Apa dengan membangga-banggakan pemimpin pilihan kita? Tidak, tidak. Itu juga akan memperburuk keadaan. Yang sebaiknya kita lakukan adalah diam, kunci mulut rapat-rapat. Belajarlah untuk saling menghormati pada setiap orang yang berbeda pendapat. Atau bahkan, lebih baik tahan emosi kita agar tidak terpancing untuk berbicara perkataan-perkataan yang tidak sepatutnya kita ucapkan.

        Aku tidak ingin dicap sebagai anak yang sok tahu-menahu atas masalah ini. Ini ditulis atas dasar pemikiranku. Aku sudah muak dengan perdebatan-perdebatan warga negara yang tidak terima atas penghinaan pada presiden pilihannya. Mohon maaf apabila sekiranya aku, yang hanya seorang anak umur 12 tahun, salah jika memosting status ini. Terima kasih.


Ukasyah Ammar R.

No comments:

Post a Comment